Selamat malam teman-teman, berkat Tuhan selalu berada dalam gerak nadi hidup kita. Amin.
Bagaimana dengan pengalamanmu sepanjang hari ini? Ayo kita berbagi!
Ini perjalanan hidupku sepanjang hari ini.
Aku bangun pagi agak siang yaitu pukul 04.30; setelah bersyukur dalam doa atas kenyaman istirahat malam, dan bangun dengan segar serta sehat, aku melangkahkan kakiku untuk menuju ke dapur. Ya! Pagi ini aku bertugas untuk masak pagi. Menu pagi tadi adalah sayur rebus sawi dan wortel, lauk ikan rebus, ikan goreng, tempe goreng dan bakso goreng. Setelah semuanya selesai di masak dan di hidangkan, aku melanjutkan tugasku yaitu mencuci baju, dan setrika baju. Puji Tuhan selesai tepat waktu. Dan giliranku ke Gereja pada misa ke-3 pukul 10.30.
Yohanes 12 : 24
Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah.
Teman-teman, setelah kurenungkan firman Tuhan Yesus ini, ada kekuatan bagiku untuk setia. Di benakku terlukis pengalaman seorang Ibu yang karena cintanya begitu besar kepada Tuhan Yesus; bersedia untuk setia. Alkisah menceritakan” Di negeri Suakakehidupan, dikumpulkanlah semua pribadi yang beriman kepada Tuhan Yesus. Para pengusaha pemerintah saat itu, menghendaki rakyatnya untuk setia kepadanya. Bagi siapa yang percaya kepada yang lain siap dimusnakan. Maka dikumpulkanlah semua rakyat dihimbau untuk menyembahnya. Termasuk para pribadi yang sujud menyembah kepada Tuhan Yesus. Dari mereka yang menyembah Tuhan Yesus, akhirnya memilih untuk menyembah penguasa dunia. Hanya satu Ibu yang setia, bahkan rela mati untuk Tuhan Yesus. Saat sang Ibu itu berada di hadapan para prajurit yang siap tembak; Ibu itu berkata,” Untuk Tuhan Yesus yang kusembah, aku memilih setia kepadaNya; kepada Tuhan Yesus. Jadi apapun akibat yang harus aku tanggung, aku siap menanggungnya.” Saat Ibu itu selesai berbicara, ternyata para prajurit itu mengambil keputusan untuk memberikan ruang dan waktu bagi Ibu itu untuk secara utuh menyembah Tuhan Yesus, dan para prajurit itu menghukum para rakyatnya yang begitu mudah meninggalkan Tuhan Allah yang mereka sembah demi sebuah tuntutan dunia.
Teman-teman, apa yang pesan dari cerita di atas?
Pesan bagiku adalah :
1. Aku dimampukan untuk kembali memiliki semangat kesetiaan termasuk dalam melaksanakan tugas-tugas rutinitas.
2. Aku diingatkan kembali untuk rela dengan tulus membantu setiap pribadi yang menderita, lemah, miskin dan tersingkir
3. Aku dibantu untuk setia melaksanakan SabdaNya.
Tuhan Yesus, terimakasih atas belaskasihMu.
Contoh keteladanan Ibu dalam cerita di atas; memberikan aku semangat untuk setia menjadi murid dan sahabatMU.
Tuhan Yesus, tambahkanlah iman, harapan, kasihMU kepadaKu. Amin.
Makna Salib
(Di tulis ulang oleh Sr. Maria Odilia,KFS dari buku “RUAH” Edisi Januari – Maret 2012 halaman 323)
Umat Kristen perdana menganggap membuat tanda salib adalah ekspresi iman yang paling umum. Sering ditemukan dalam dokumen-dokumen pada masa itu. Beberapa penulis ( seperti St. Hieronimus dan St. Agustinus) menjelaskan bahwa umat Kristen membuat tanda salib di dahi, lalu di bibir, kemudian di hati (dada), seperti yang diperbuat oleh umat Katolik barat modern, sebelum pembacaan Injil. Santo – Santo besar juga bersaksi akan kuasa yang sangat besar mengenai tanda salib ini. St. Cyprianus dari Carthage, pada abad ketiga menulis bahwa, ” …di dalam …Tanda Salib terdapat seluruh kebajikan dan kuasa… Di dalam Tanda Salib ini ada keselamatan bagi semua orang yang menandainya pada dahi mereka.”
Satu abad kemudian St. Atanasius menyatakan bahwa ” oleh Tanda Salib semua ilmu sihir berhenti, dan semua ilmu tenung tidak bekerja.” Iblis menjadi tidak berkuasa di hadapan Tanda Salib Yesus Kristus.
Tanda Salib adalah gerakan yang paling mendasar yang kita lakukan. Itu adalah iman Kristiani yang diringkas di dalam satu gerakan. (Sumber : Schott Halm, Perjamauan Anak Domba, Perayaan Ekaristi, Surga di Atas Bumi, Malang: Dioma, 2006: hlm 64 – 65)
Pace e Bene
Sr. Maria Odilia,KFS